25 Februari 2008

Hutan Rawa Di Airsugihan

Rawa merupakan sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang penggenangannya daat bersifat musiman ataupun permanen dan ditumbuhi oleh tumbuhan (vegetasi). Hutan rawa memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Jenis-jenis floranya antara lain: durian burung (Durio carinatus), ramin (Gonystylus sp), terentang (Camnosperma sp.), kayu putih (Melaleuca sp), sagu (Metroxylon sp), rotan, pandan, palem-paleman dan berbagai jenis liana. Faunanya antara lain : harimau (Panthera tigris), Orang utan (Pongo pygmaeus), rusa (Cervus unicolor), buaya (Crocodylus porosus), babi hutan (Sus scrofa), badak, gajah, musang air dan berbagai jenis ikan. Jenis-jenis rawa :

1. Hutan rawa air tawar, memiliki permukaan tanah yang kaya akan mineral. Biasanya ditumbuhi hutan lebat;

2. Hutan rawa gambut, terbentuk dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang proses penguraiannya sangat lambat sehingga tanah gambut memiliki kandungan bahan organik yang sangat tinggi;

3. Rawa tanpa hutan, merupakan bagian dari ekosistem rawa hutan. Namun hanya ditumbuhi tumbuhan kecil seperti semak dan rumput liar.

Indonesia memiliki lebih dari 23 juta ha rawa

Peran dan manfaat hutan rawa

Sumber cadangan air, dapat menyerap dan menyimpan kelebihan air dari daerah sekitarnya dan akan mengeluarkan cadangan air tersebut pada saat daerah sekitarnya kering; mencegah terjadinya banjir; mencegah intrusi air laut ke dalam air tanah dan sungai, sumber energi, sumber makanan nabati maupun hewani.

Jika hutan rawa hilang : dapat mengakibatkan kekeringan, dapat mengakibatkan intrusi air laut lebih jauh ke daratan, dapat mengakibatkan banjir, hilangnya flora dan fauna di dalamnya , sumber mata pencaharian penduduk setempat berkurang.

Sumber : dari berbagai sumber

Kegiatan pertanian yang meliputi budaya bercocok tanam dan memelihara ternak merupakan kebudayaan manusia paling tua. Tetapi dibandingkan dengan sejarah keberadaan manusia, kegiatan bertani ini termasuk masih baru. Sebelumnya, manusia hanya berburu hewan dan mengumpulkan bahan pangan untuk dikonsumsi. Sejalan dengan peningkatan peradaban manusia, pertanianpun berkembang menjadi berbagai sistem.

Mulai dari sistem yang paling sederhana sampai sistem yang canggih dan padat modal. Berbagai teknologi pertanian dikembangkan guna mencapai produktivitas yang diinginkan. Di lain fihak, ilmu pertanianpun berkembang. Ilmu pertanian kemudian tumbuh bercabang-cabang, terspesialisasi, seperti misalnya agronomi, ilmu tanah, sosial ekonomi, proteksi tanaman, dsb.

Kemajuan ilmu dan teknologi, peningkatan kebutuhan hidup manusia, memaksa manusia untuk memacu produktifitas menguras lahan, sementara itu daya dukung lingkungan mempunyai ambang batas toleransi. Sehingga, peningkatan produktivitas akan mengakibatkan kerusakan lingkungan, yang pada ujungnya akan merugikan manusia juga. Berangkat dari kesadaran itu maka muncullah tuntutan adanya sistem pertanian berkelanjutan.


Definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi komponen-komponen fisik, biologi dan sosioekonomi, yang direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.

Lahan Trans Airsugihan

Tata Guna Lahan, Flora dan Fauna

Lahan Transmigrasi Air Sugihan jalur 23,25,27,29 dan 30, berada di daerah penyelidikan. Hutan tropika dataran rendah dan hutan rawa air tawar menutupi sebagian besar daerah penyelidikan dengan beraneka spesies pohon seperti meranti (shorea sp), jelutung (dyera lawii), ramin (gonistylus bancanus), keruing (dipteocarpus sp) dan lain-lain.

Habitat jenis fauna yang hidup di daerah ini terdiri dari jenis-jenis mamalia, burung, reptilia dan ikan, seperti misalnya Beruang madu (Helarctus malayanus), Babi hutan (susbarbatus), Kancil (tragulus javanicus), Gajah, Biawak (varanus-borneanus) dan jenis-jenis ular. Di daerah penyelidikan gajah diberi kawasan habitat kehidupan yang terletak Baratdaya dengan daerah penyelidikan (elephant sanctuary), Hewan air seperti beberapa jenis ikan rawa (baung, betok, sepat dan gabus) banyak terdapat di daerah ini yang menjadi mata pencaharian sebagian penduduk, untuk dijual ke Palembang.

Iklim dan Curah Hujan

Pemukiman di Air Sugihan dan sekitarnya terletak di dalam zona iklim Indo-Australia yang bercirikan suhu, kelembaban dan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Musim hujan berlangsung dari November sampai Juni, dan musimkemarau dari Juli sampai Oktober. Selama musim hujan, curah hujan bulanan rata-rata 146 -391 mm, dan dimusim kemarau mencapai 0-47 mm, jumlah curah hujan tahunan rata-rata 106 mm, jumlah hari hujan terbanyak yaitu bulan Januari dan Desember antara 4-17 hari hujan perbulan.

Bulan Juni, Juli, Agustus dan September tahun 1997, dari data menunjukkan curah hujan 0 (nol). Pada saat itu endapan gambut banyak terbakar, karena gambut mengandung gas metan (Ch4), bila titik jenuh panas mencapai titik bakar, maka akan terbakar atau memang dibakar penduduk untuk dijadikan Sonor (tanam padi musim kemarau dengan cara membakar habis lahan sekitar sungai Air Sugihan dan Sungai Beyuku) Sumber data dari penelitian curah hujan di Kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. OKI.

Pasang surut air sungai Air sugihan yang teramati di desa Margomulyo pada bulan Juli 1999 sampai dengan Oktober tahun 1999 sekitar 0,50 m. Kecepatan angin rata-rata 5,2 knot (1 knot = 1,7 km/jam). Kelembaban udara berkisar antara 45 % sampai 92 % dan temperatur bervariasi dari 20o C - 31o C pada siang hari dan 18o C- 22o C pada malam hari (sumber data HPH setempat). Pemetaan Geologi Endapan Gambut Pemetaan meliputi formasi batuan Kuarter di endapan gambut dan tanggul- tanggul alam disepanjang sungai Sugian.

Pada pemetaan ditentukan jalur-jalur pemboran yang akan dibor, dengan skala 1 : 50.000. Dari tiap bor didiskripsi pemerian gambut secara megaskopis meliputi warna, derajat pembusukan (Humification degree), kandungan kayu (wood), akar (root), kandungan serat ( fibre ) dan kandungan air (moisture contain). Peta dasar yang digunakan peta dasar P3G skala 1:250.000, dan ditunjang dengan Citra Landsat-TM band 542 Path 123 Row 62 Liputan, proses LAPAN, , no. 123/62,124/62, skala 1 : 100.000 & 1 : 500.000, April 1996 & 1998.

Pengukuran Titik Ikat Bor Pengukuran dilakukan untuk mengetahui posisi tepat di peta dan ketinggian endapan gambut di peta, data tersebut digunakan dalam mengevaluasi penyebaran gambut, dengan berdasarkan kedalamannya ( isopah). Pengukuran Jarak lubang bor sekitar 0,5 - 1 km secara teratur yang terikat dalampengukuran, baik itu menggunakan GPS (garmen 12) dan theodolit khususnya untuk pengukuran elevasi dibuat dua jalur prospek yang dapat mewakili jalur memotong kubah gambut.

Pemboran Endapan Gambut

Pengambilan contoh dilakukan dengan memakai bor tangan (Eijkelkamp Auger). Gambut diambil dari setiap lubang dengan interval 1/2 meter sampai ke dasar gambut. Setiap conto dari lubang bor dengan kemajuan pemboran 0,5 m sampai 7,5 m (tergantung ketebalan gambut), langsung dimasukan kedalam kantong plastik, untuk mencegah penguapan dan kontaminasi.

Pemboran tangan sebanyak 200 lubang bor, yang letaknya tersebar di desa-desa di lingkungan Kecamatan Air Sugihan dan termasuk pada lembar 1113-14 dengan dibantu penambahan data dari parit yang dibuat penduduk. Dari sejumlah conto gambut yang telah dikumpulkan diambil 40 conto secara acak dan dianggap mewakili untuk di analisa Laboratorium DSM Bandung.



Iklim dan Curah Hujan

Pemukiman di Air Sugihan dan sekitarnya terletak di dalam zona iklim Indo-Australia yang bercirikan suhu, kelembaban dan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Musim hujan berlangsung dari November sampai Juni, dan musimkemarau dari Juli sampai Oktober. Selama musim hujan, curah hujan bulanan rata-rata 146 -391 mm, dan dimusim kemarau mencapai 0-47 mm, jumlah curah hujan tahunan rata-rata 106 mm, jumlah hari hujan terbanyak yaitu bulan Januari dan Desember antara 4-17 hari hujan perbulan. Bulan Juni, Juli, Agustus dan September tahun 1997, dari data menunjukkan curah hujan 0 (nol). Pada saat itu endapan gambut banyak terbakar, karena gambut mengandung gas metan (Ch4), bila titik jenuh panas mencapai titik bakar, maka akan terbakar atau memang dibakar penduduk untuk dijadikan Sonor (tanam padi musim kemarau dengan cara membakar habis lahan sekitar sungai Air Sugihan dan Sungai Beyuku) Sumber data dari penelitian curah hujan di Kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. OKI. Pasang surut air sungai Air sugihan yang teramati di desa Margomulyo pada bulan Juli 1999 sampai dengan Oktober tahun 1999 sekitar 0,50 m. Kecepatan angin rata-rata 5,2 knot (1 knot = 1,7 km/jam). Kelembaban udara berkisar antara 45 % sampai 92 % dan temperatur bervariasi dari 20o C - 31o C pada siang hari dan 18o C- 22o C pada malam hari (sumber data HPH setempat).

Pemetaan Geologi Endapan Gambut

Pemetaan meliputi formasi batuan Kuarter di endapan gambut dan tanggul- tanggul alam disepanjang sungai Sugian. Pada pemetaan ditentukan jalur-jalur pemboran yang akan dibor, dengan skala 1 : 50.000. Dari tiap bor didiskripsi pemerian gambut secara megaskopis meliputi warna, derajat pembusukan (Humification degree), kandungan kayu (wood), akar (root), kandungan serat ( fibre ) dan kandungan air (moisture contain). Peta dasar yang digunakan peta dasar P3G skala 1:250.000, dan ditunjang dengan Citra Landsat-TM band 542 Path 123 Row 62 Liputan, proses LAPAN, , no. 123/62,124/62, skala 1 : 100.000 & 1 : 500.000, April 1996 & 1998. 2.2. Pengukuran Titik Ikat Bor Pengukuran dilakukan untuk mengetahui posisi tepat di peta dan ketinggian endapan gambut di peta, data tersebut digunakan dalam mengevaluasi penyebaran gambut, dengan berdasarkan kedalamannya ( isopah). Pengukuran Jarak lubang bor sekitar 0,5 - 1 km secara teratur yang terikat dalampengukuran, baik itu menggunakan GPS (garmen 12) dan theodolit khususnya untuk pengukuran elevasi dibuat dua jalur prospek yang dapat mewakili jalur memotong kubah gambut. 2.3. Pemboran Endapan Gambut Pengambilan contoh dilakukan dengan memakai bor tangan (EijkelkampAuger). Gambut diambil dari setiap lubang dengan interval 1/2 meter sampai ke dasar gambut. Setiap conto dari lubang bor dengan kemajuan pemboran 0,5 m sampai 7,5 m (tergantung ketebalan gambut), langsung dimasukan kedalam kantong plastik, untuk mencegah penguapan dan kontaminasi. Pemboran tangan sebanyak 200 lubang bor, yang letaknya tersebar di desa-desa di lingkungan Kecamatan Air Sugihan dan termasuk pada lembar 1113-14 dengan dibantu penambahan data dari parit yang dibuat penduduk. Dari sejumlah conto gambut yang telah dikumpulkan diambil 40 conto secara acak dan dianggap mewakili untuk di analisa Laboratorium DSM Bandung.