26 September 2009

MUDIK KE AIRSUGIHAN

Mudik ke Airsugihan

Mudik ke pedalaman Airsugihan memang mengasyikkan. Meskipun di sana belum ada jalan aspal, listrik, jaringan telepon, tapi masyarakat tetap merindukan pulang kampong ke Airsugihan.

Mau tahu berapa ongkos setiap orang yang mudik ke Airsugihan dengan menumpang speedboat? Untuk jurusan jalur 23 ongkos sekali jalan Rp 120 ribu dengan jarak tempuh selama empat jam, jalur 25 Rp 75 ribu jarak tempuh tiga jam, sedangkan jalur 27 Rp 60 dengan jarak tempuh 2 jam. Ongkos tersebut selalu naik bila menghadapi lebaran, untuk jalur 23 saja bisa lebih 200 ribu, lebih-lebih bila kena calo, bisa empat ratus ribu.

Mahalnya ongkos meuju Airsugihan ini lantaran tidak ada jalan alternative, kecuali melewati sungai. Sedangkan bila nekat menempuh jalan darat, kita harus rela menuyusuri perkebunan karet, kelapa sawit dan menyeberang sungai dengan menggunakan ketek dari jalur 17 menuju jalur 29. Dari tahun ke tahun, seperti inilah bila masyarakat Airsugihan bila mau mudik. Sebenarnya jalan darat sangat ditunggutunggu masyarakat karena bisa menekan biaya kendaraan. Hanya saja jembatan penghambatnya adalah jembatan penghubung dari jalur 17 ke jalur 29. Pemerintah sejak dulu menjanjikan bakal membangun jembatan penghubung antara jalur 29 dan jalur 17 ini, tapi sampai saat ini belum juga dibangun. Bila jalan darat sudah tersambung menuju jalur 29, besar kemungkinan desa akan cepat berkembang. Tapi kapan?

27 April 2009

Percha Raih Hampir Satu Juta Suara

* Golkar 14 Kursi, Demokrat 11, PDIP 10 Kursi (Minus Dapil 5)




PALEMBANG–Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Percha Leanpuri mencatat perolehan suara fantastis. Berdasarkan rekapitulasi perolehan suara yang sudah diplenokan kemarin, anak sulung Bupati OKU Timur Herman Deru ini meraih suara teratas, disusul Aidil Fitri Syah, Asmawati, Achmad Barnas, dan M Lutfi Izzuddin.

Dari jumlah pemilih yang masuk dalam DPT sebanyak 5.192.693 orang, hanya tercatat 3.364.402 suara sah pemilih yang menggunakan hak suaranya untuk DPD RI. Untuk diketahui, alokasi jumlah anggota DPD untuk Sumsel telah ditetapkan sebanyak empat orang.

Berdasarkan hasil rekap KPUD Sumsel, Percha Leanpuri meraih 918.612 suara, disusul Aidil Fitri Syah dengan 248.029 suara, selanjutnya, Asmawati 238.799 suara, dan Abdul Azis dengan perolehan 152.840 suara. Kemudian Achmad Barnas menempati posisi lima dengan perolehan 118.975 suara dan peringkat enam diduduki M Lutfi Izzuddin meraih 115.102 suara.

Menurut anggota KPUD Sumsel bidang Teknis, Alfiantoni mengatakan, hasil pleno rekapitulasi tersebut akan dikirimkan ke KPU pusat untuk ditetapkan. ‘’Rekapitulasi suara DPD RI berakhir kemarin dengan masukan suara dari Muba dan Banyuasin,’’ jelasnya.

Kendati telah menyelesaikan rekapitulasi suara DPD RI, namun, KPUD Sumsel belum juga menyelesaikan rekapitulasi DPR RI baik untuk Sumsel I maupun DPR RI Sumsel II. Padahal proses rekapitulsai manual akan dilakukan KPU pusat pada Senin, 27 April mendatang.

Sementara itu untuk rekapitulasi perolehan suara DPRD Sumsel, KPUD Sumsel hanya menyisakan rekapitulasi perolehan suara untuk Dapil 5 (OKU, OKU Selatan, dan OKU Timur). Sampai kemarin hasil penghitungan sementara yang dilakukan KPUD Sumsel sejumlah parpol seperti Partai Golkar, Partai Demokrat dan PDI Perjuangan dipastikan akan mendominasi kursi DPRD Sumsel.

Di dapil I (Kota Palembang), Partai Demokrat mendapat 128.279 suara (4 kursi), Partai Golkar mendapat 92.421 (3 kursi), PDI Perjuangan mendapat 82.989 (2 kursi), PKS mendapat 58.096 suara (2 kursi). Sementara Partai Gerindra mendapat 45.454 suara (1 kursi), Partai Hanura mendapat 21.873 suara (1 kursi), PAN mendapat 19.020 suara (1 kursi), PPP mendapat 17.050 suara (1 kursi), dan PKB mendapat 14.687 suara (1 kursi).

Di Dapil 1 Kota Palembang memiliki jatah 16 kursi di DPRD Sumsel, sementara untuk suara sah di Kota Palembang berjumlah 611.857 suara. Dengan demikian bilangan pembagi pemilih (BPP) di Kota Palembang 38.241.

Di dapil 2 (Muba dan Banyuasin), Partai Golkar mendapat 134.539 suara (4 kursi), disusul PDI Perjuangan dengan 87.813 suara (2 kursi), Partai Demokrat mendapat 55.700 suara (2 kursi), PAN mendapat 47.168 suara (1 kursi), Partai Gerindra mendapat 41.438 suara (1 kursi).

Selanjutnya, PKS mendapat 27.529 suara (1 kursi), Partai Hanura mendapat 24.848 suara (1 kursi), PPP mendapat 24.179 suara (1 kursi), PKPB mendapat 16.304 suara (1 kursi), PPRN mendapat 15.919 suara (1 kursi), sementara PKB mendapat 14.536 suara (1 kursi). Di dapil 2, Muba dan Banyuasin mendapat jatah 16 kursi di DPRD Sumsel, sementara BPP di dapil tersebut 37.705 suara.

Di dapil 3 (Ogan Ilir dan OKI). Suara yang sah sebesar 533.448 suara. PDI Perjuangan mendapat 88.117 suara (2 kursi), Partai Golkar mendapat 85.164 suara (2 kursi), Partai Demokrat mendapat 77.728 suara (2 kursi).

Sementara itu, PKS mendapat 54.363 suara (1 kursi), Partai Gerindra mendapat 26.858 suara (1 kursi), PAN mendapat 25.206 suara (1 kursi), Partai Hanura mendapat 24.654 suara (1 kursi), PPP mendapat 20.917 suara (1 kursi). Dapil 3 Ogan Ilir dan OKI mendapat jatah 11 kursi di DPRD Sumsel. Sementara bilangan pembagi pemililih (BPP) di dapil 3 berjumlah 48.494 suara.

Di dapil 4 (Prabumulih dan Muara Enim) PDI Perjuangan dan Partai Golkar mendapat 2 kursi. Sementara Partai Demokrat, PPP, PKS, dan Partai Gerindra masing-masing hanya mendapat 1 kursi. Sementara itu, bilangan pembagi pemilih (BPP) di dapil 4 terbilang cukup tinggi yakni 49.190 suara.

Sementara itu, dari enam kursi yang diperebutkan di dapil 6, beberapa partai politik hanya meraih masing-masing satu kursi di dapil tersebut. Partai Golkar meraih 40.545 suara (1 kursi), Partai Demokrat meraih 40.149 suara (1 kursi), PDI Perjuangan meraih 32.289 suara (1 kursi).

Lebih lanjut, PAN meraih 30.453 suara (1 kursi), PBR meraih 28.999 suara (1 kursi), Partai Gerindra meraih 25.377 suara (1 kursi). Sementara PKS dengan perolehan suara 22.159 tak mendapat kursi di dapil 6.

Di dapil 7 (Mura dan Linggau), hanya Partai Golkar yang mendapat 2 kursi, sementara Partai Demokrat, PDI Perjuangan, PKS, dan PAN hanya kebagian 1 kursi.

Untuk suara pada dapil 5 (OKU, OKU Selatan, dan OKU Timur) KPUD Sumsel hingga kemarin masih melakukan rekapitulasi suara untuk suara dari daerah pemilihan tersebut.

Dari total sementara yang masuk, alokasi jumlah 75 kursi DPRD Sumsel, sudah terisi 63 kursi sehingga masih menyisakan 12 kursi lagi.

Alfiantoni mengatakan, pihaknya mentargetkan penyelesaian proses rekapitulasi suara Pemilu 2009 pada Senin (27/4) ini. Dikatakan pihaknya saat ini tengah menyelesaikan rekapitulasi suara DPR RI untuk daerah pemilihan Sumsel I dan Sumsel II.

“ Target kita Senin hasil rekap ini akan diserahkan ke KPU Pusat,“ katanya kemarin (26/4).

Dari beberapa daerah pemilihan yang telah direkap, KPUD Sumsel belum melansir hasil resmi perolehan kursi maupun suara parpol di masing-masing dapil. Proses penetapan perolehan kursi dan caleg terpilih di tingkat KPUD kabupaten/kota akan dilakukan 16-17 Mei. Sedangkan di tingkat provinsi akan dilakukan 17–18 Mei mendatang, dan penetapan perolehan kursi dan caleg terpilih di KPU pusat akan dilakukan 19–20 Mei. Khusus penetapan kursi parpol untuk tingkat DPRD kota baru akan digelar 15 Mei nanti

Kendati proses rekap suara DPRD Kota Palembang telah rampung, Sabtu kemarin (25/4), namun KPU Palembang masih melakukan pleno penetapan hasil rekapitulasi penghitungan suara. Repat pleno penetapan tersebut berjalan cukup alot karena dilakukan per daerah pemilihan (dapil).

Lambannya pleno penetapan tersebut juga disebabkan karena adanya selisih penghitungan suara antara rekap yang dipegang oleh KPUD Kota Palembang dan rekap yang dipegang saksi parpol.

Ketua KPU Palembang, Eftiyani mengatakan, adanya perbedaan penghitungan tersebut membuat KPUD Kota palembang perlu mencocokkan kambali proses penghitungan antara PPK dan saksi parpol. Bahkan dia tak menutup kemungkian akan dilakukan penghitungan ulang untuk menghindari selisih paham antara KPUD Kota Palembang dan saksi parpol.

“Dalam proses rekap ini kita selalu berupaya untuk terbuka dan transparan kepada saksi parpol. Bahkan, jika diperlukan kita siap melakukan penghitungan ulang lagi,” katanya.(mg16)

08 April 2009

Gara-gara Pasien Berobat Gratis, Dua Petugas Medis Nyaris Berkelahi



Gara-gara Pasien Berobat Gratis

Dua Petugas Medis Nyaris Berkelahi



Gara ‘ngurus’ administrasi rujukan pasien Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di RSUD Kayuagung, Rabu (8/4/2009) pukul 12.30 WIB, dua petugas medis bertegangan. Salah seorang petugas medis (dokter jaga) di ruang unit gawat darurat (UGD) menolak surat rujukan karena pasiennya tidak dibawa ke RSUD Kayuagung. Sedangkan salah seorang petugas medis dari Palembang, Fitriyanti, yang kebetulan hanya sekedar menolong pasien tersebut, menjelaskan pasien tidak mungkin dibawa ke Kayuagung karena sudah parah. Dokter RS Siti Khadijah menyarankan untuk dirawat sementara di RS tersebut dan memberinya surat keterangan pasien.

Karena si pasien ini adalah orang miskin, keluarga korban disarankan ngurus rujukan ke RSUD Kayuagung sesuai wilayah tempat tinggal Pasien tersebut yaitu Desa Sukamulya Jalur 23, kecamatan Airsugihan, kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Maka semua surat menyurat, termasuk rujukan dari tempat asal pasien (Airsugihan) dirujuk ke RSUD Kayuagung.

Nah, meski sudah dijelaskan bahwa pasien tidak mungkin dibawa ke Kayuagung karena kondisinya parah, surat-surat dari dokter RS Siti Khadijah tersebut dihempaskan di atas meja sembari mengumpat ‘’pusing ngurusi ini!’’ kata petugas medis di depan para keluarga pasien yang saat itu juga sedang ngurus surat rujukan.

Secara spontan Fitriyanti, menasihati petugas tersebut untuk tidak melakukan tindakan tak terpuji di depan para keluarga pasien. Apalagi dengan kata-kata ‘pusing aku!’. Sebagai sesama medis, Fitriyanti merasa kurang nyaman mendengar keluhan petugas tersebut, sehingga terjadilah ‘perang mulut’ diantara keduanya.

‘’Anda siapa !’’ tuding petugas medis RSUD Kayuagung. Lantas dijawab Fitri ‘’Kamu juga siapa? Kami kan ingin minta penjelasan dan prosedur secara benar. Tolong kasih penjelasan kenapa tidak bisa dirujuk? Dan bila pasien dalam keadaan darurat, apa mesti harus dibawa ke RSUD, sementara ada rumah sakit yang lebih dekat?’’ kata Fitriyanti.

Perang mulut ini semakin tegang, bahkan nyaris berkelahi. Tapi petugas RSUD beringsung meninggalkan berkas-berkas di atas meja. Suasana ruang UGD ini benar-benar menjadi ruang debat yang membuat semua keluarga pasien terbengong-bengong. Beberapa perawat yang tadinya duduk-duduk di kursi jaga administrasi UGD juga minggir sehingga ruang tersebut sempat lengang.

Menurut Fitriyanti, dirinya sebenarnya tidak ingin berkeras mengenai hal ini. Hanya ingin bertanya bagaimana prosedur yang sesungguhnya mengenai surat rujukan pasien. Dan bila menghadapi kasus pasien yang seperti ini, apakah rujukan surat tidak mampu masih berlaku atau tidak?

‘’Sekarang mana yang harus didahulukan, nyawa manusia, atau prosedur yang kaku? Kami tahu, kami sadar, semua memang harus melalui prosedur dan aturan. Karena itu memang harus diterapkan. Tapi jangan langsung menghempaskan berkas surat menyurat sambil mengumpat pusing. Bukankah di atas ruang UGD tersebut tertulis besar-besar ‘Kami Siap Melayani Anda Dengan Sepenuh Hati’. Nah untuk apa motto tersebut di temple di atas ruang UGD tersebut bila petugasnya tidak bisa melayani dengan sepenuh hati?

Setelah surat-surat rujukan dari puskesmas Airsugihan dan surat-surat dari RS Siti Khadijah tadi ‘dikaparkan’ di atas meja, Fitriyanti langsung membawa surat-surat tersebut ke bagian bendahara dan bagian administrasi.

Di bagian ini setelah petugas administrasi dijelaskan mengenai kondisi pasien dan surat-surat tindakan dari RS Siti Khadijah, barulah petugas bendahara dan administrasi RSUD Kayuagung memberi kebijakan. ‘’Memang kalau menurut prosedur yang sebenarnya, semuanya serba kaku. Kita mesti melihat kasusnya, sehingga menjadi tidak kaku,’’ ujar salah seorang petugas administrasi RSUD Kayuagung yang tidak mau disebut namanya.

Fitriyanti menuturkan, bahwa dirinya hanya sekedar membantu pasien miskin dari jalur 23 Airsugihan itu. Dia sebenarnya tidak terikat dengan tugas kedinasan karena wilayah kerjanya berbeda. Si Pasien berada di wilayah tugas dan tanggungjawab RSUD Kayuagung, sedangkan Fitriyanti bertugas di wilayah Banyuasin. Hanya rasa kemanusiaan yang mendorong Fitriyanti membantu warga tersebut sampai mengurus sendiri surat-surat rujukan ke RSUD Kayuagung.

‘’Saya tidak punya maksud apa-apa. Karena pasien tersebut kenal dengan saya dan minta tolong pada saya, maka saya secara spontan menolong mereka. Dengan harapan, apa yang saya lakukan akan membantu si pasien untuk memperoleh pelayanan kesehatan secara manusiawi dan terjamin pembiayaannya. Hanya itu. Pasien tidak ada ikatan kekeluargaan dengan saya. Dan saya bahkan tidak mengenal pasien itu. Tapi saya tahu pasien itu adalah warga jalur 23 desa Sukamulya karena pasien diantar Kadesnya sendiri ke rumah sakit. Ingat, saya menolong secara ikhlas tanpa imbalan apa-apa,’’ tandas Fitri.(*)

09 Januari 2009

Pengumuman CPNS OKI diperkirakan pertengahan Januari

Pengumuman CPNS OKI diperkirakan pertengahan Januari


KAYUAGUNG, Kepala BKD dan Diklata Daerah Kabupaten OKI Drs Ir Syamsul Bahri MM menyebutkan bahwa jadwal pengumuman hasil ujian atau tes CPNS OKI formasi tahun 2008 ditunda hingga pertengahan Januari 2008.

Menurut Syamsul kepada Koran ini kemarin bahwa ditundanya pengumuman hasil tes CPNS OKI karena ada perubahan dari kantor Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) di Jakarta.

Saya saat ini sedang berada di kantor MenPan untuk mengurus kapan pengumuman kelulusan hasil tes CPNS, namun ternyata setelah kita konfirmasi ternyata untuk Kabupaten OKI tidak bisa diumumkan pada hari Sabtu (10/1) besok (hari ini red), namun kita diberi tahu belumnya diumumkan CPNS OKI karena ada perubahan, ujar Syamsul.

Mudah-mudahan kata Syamsul kalau tidak ada halangan untuk Kabupaten OKI akan diumumkan pada pertengahan bulan Januari 2009, namun dia tidak menyebutkan tanggal berapa pengumuman tersebut.

Seperti diberitakan bahwa jumlah pelamar CPNS OKI tahun 2008 lalu sebanyak 3.424 orang, namun peserta yang tidak mengikuti tes tertulis mencapai 30 hingga 40 persen, sedangkan formasi CPNS yang bakal diterima sebanyak 376 orang yang berasal dari berbagai jurusan.(38)

02 Januari 2009

Bocah Petualang Air Sugihan

Bocah Petualang

Bermandi di Kolam Yang Kotor


Pernah menyaksikan serial Bocah Petualang di televise swasta? Itulah masa kecil kita, terutama yang berasal dari pelosok desa. Mandi di kolam yang kotor, adalah hal biasa. Mereka sangat akrab dengan alam, cuaca dan musim. Masa kecil yang indah dan menyenangkan. Dengan telanjang bulat, main perosotan di lumpur pematang, lantas menghanyut di derasnya saluran parit sawah, merupakan permainan gratis paling berkesan.

Tapi tahukan bocah-bocah itu bahwa saat ini orangtua mereka sedang kebingungan karena areal pekarangan pemukiman dan lahan persawahannya dilanda banjir? Mematikan semua tanaman palawija dan sulit mencari sarapan esok pagi? Sedangkan tanaman padi kini masih berusia remaja, belum berkembang, masih lama menunggu panen.

Bocah-bocah tetap bahagia di dunianya yang ceria. Berlari-lari kecil, melompati lobang becek dan terjun bak loncat indah di gelanggang olahraga. Angin pun semilir menerpa tubuh-tubuh bugil yang kedinginan itu. Harum bunga padi semerbak dan kicau burung bersahutan di atas dahan-dahannya, seperti mengabarkan kepada alam yang teduh damai dan santun, bahwa esok pagi kita meraih mimpi.

Inilah Desa Sukamulya Jalur 23 Kecamatan Airsugihan OKI. Sebuah desa transmigrasi yang letaknya diujung Airsugihan atau empat jam naik speedboad menuju desa tersebut. Tak ada jalan darat yang menghubungkan Airsugihan ke pusat kota Palembang atau Kayuagung. Jalan darat yang diharapkan masyarakat sejak lahan trans dibuka tahun 1982, sampai sekarang hanyalah tinggal harapan. Masyarakat trans Airsugihan masih mengandalkan transportasi air yang ongkosnya terlalu mahal, terutama menuju pusat kota Palembang. Sekali jalan masyarakat harus mengeluarkan Rp 100 ribu rupiah.

Pada pertengahan 2004 lalu, masyarakat Airsugihan sempat merasa lega karena jalan darat di wilayah Riding yang menghubungkan irsugihan-Kayuagung segera dibangun, namun proyek jalan tersebut pun tertatih-tatih karena banyaknya manusia-manusia korup yang menggerogoti proyek tersebut. Jalan Riding pun akhirnya kacau, bahkan dihentikan pembangunannya.

Siapapun pemimpin baru selalu berjanji setinggi langit segera mewujudkan impian masyarakat Airsugihan. Dan impian itu hampir tak pernah bisa diwujudkan. Masyarakat Airsugihan tetap berjibaku dengan lumpur sawah. Menggenjot produksi pangan demi kemakmuran bangsa. Demi masyarakat kota dan tengkulak-tengkulak serta lintah darat. Tapi sudahkah pemerintah serius memperhatikan nasib mereka. Coba tengok di sana, berapa harga pupuk bersubsidi? Harga obat-obatan pertanian? Bahkan bahan bakar minyak (solar, bensin dan minyak tanah)? Semuanya mencekik leher petani.

Bagaimana petani bisa bertahan dengan proyek pemerintah provinsi dan pusat mengenai produksi tanaman pangan? Bila kendala-kendala yang menggerogoti petani tak segera dicarikan jalan keluar? Saluran irigasi yang jadi biang banjir juga tidak segera ditindaklanjuti. Ini bisa mengancam produktivitas petani dan berakibat merosotnya hasil tanaman pangan pemerintah daerah.

Masa bodoh dengan itu semua, bocah-bocah tetap riang gembira. Menyelam di lumpur harapan. Mengajak bocah-bocah kota merasakan bagaimana berjibaku dengan lumpur kotor yang mengalir dari lahan persawahan milik orangtua mereka. Beginilah nasib anak petani, kolam kotor adalah hidupnya.

Jalur 23 Airsugihan Terendam Banjir

Jalur 23 Airsugihan Terendam Banjir




Sejak tiga minggu yang lalu, tepatnya (14/12) hingga kini jalur 23 desa Sukamulya, Kecamatan Airsugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), terendam banjir. Air yang meluap dari hutan perbatasan jalur 23, terutama sektor Timur jalur 23 meluap menggenangi lokasi pemukiman, lahan usaha I dan lahan usaha II. Hingga kini penduduk kesulitan mendapatkan bahan makanan, terutama memasak nasi, lantaran kayu bakar yang menjadi andalan masyarakat setempat tak bisa dipakai karena basah, sementara tidak semua penduduk memiliki kompor minyak tanah.

Kades Sukamulya, Suryanto, mengatakan, meluapnya air yang menggenangi areal pemukiman, lahan usaha I dan II, merupakan luapan dari hutan perbatasan jalur 23 Airsugihan. Hingga tiga minggu air lambat surut lantaran air dari hutan meluap ke lokasi pemukiman tanpa ada penghalang.

‘’Saya sudah mengusulkan ke pemerintah provinsi dan kabupaten untuk membuat saluran perbatasan antara jalur 23 dan hutan cadangan. Gunanya ya untuk mengatur keluar masuk air, sekaligus membuat dam sepanjang perbatasan. Kasihan masyarakat paling ujung yang selalu mendapat lengganan banjir,’’ ujar Suryanto yang mengusulkan agar dibuatkan saluran irigasi ini setahun yang lalu sebelum datangnya banjir.

Menurut Suryanto, Camat Airsugihan, Suwanta, sudah meninjau lokasi banjir di ujung timur jalur 23 Airsugihan. Namun hingga kini masyarakat korban banjir belum mendapatkan bantuan apa-apa.

‘’Saya berharap pemerintah Provinsi atau Kabupaten segera memberikan bantuan, yang terpenting adalah makanan intans untuk masyarakat. Sebab mereka tidak bisa masak, kalau saja bisa masak itupun di atas meja. Sedangkan yang punya kompor minyak tanah tidak banyak. Selama ini masyarakat memasak nasi dengan cara tradisional, yakni menggunakan kayu bakar. Nah setelah banjir ini, mereka kesulitan memasak karena semua terendam banjir,’’ ujar Sur.

Meski seluruh tanaman palawija muspro (mati), terutama yang berada di pekarangan pemukiman, namun untuk lahan usaha I dan II masih bisa diandalkan. Lahan usaha I dan II ini merupakan lahan persawahan padi. ‘’Alhamdulillah tanaman padi milik warga kelihatannya masih terlihat bagus. Sebab padi masih tergolong tahan bajir. Mudah-mudahan sekitar bulan Maret dan April masyarakat bisa panen raya,’’ harap Sur. (*tj)