07 Juli 2012

Siswa SMPN 3 Airsugihan Kunjungi Dapur Sumeks Mingguan





Sekitar seratus pelajar SMPN 3 Airsugihan berkunjung ke dapur Koran Mingguan Terbesar Sumbagsel, Sumatera Ekspres Mingguan (Sumeks Mingguan), Selasa (8/5/2012) pukul 11.00 WIB.  Kunjungan yang merupakan rangkaian studi tour ini sebelumnya juga mengunjungi Museum Bala Putra Dewa di Kilometer 5 (KM 5) yang dilanjutkan ke stadion Gelora Sriwijaya (Markasnya Laskar wong kito-- Sriwijaya FC).
Menurut Amri dalam sambutannya di Graha Pena, kunjungan ke dapur Koran terbesar Sumbagsel ini untuk mengetahui lebih dekat bagaimana cara membuat koran, terutama teknis liputan dan penulisan yang dilakukan para wartawan dalam meliput berita. Selama ini para siswa hanya tahunya koran sudah dalam bentuk cetakan dan siap dibaca. 
‘’Kami memang sudah merencanakan lama untuk berkunjung ke Graha Pena. Apalagi Direkturnya Pak Triyono Junaidi atau dipanggil Mas Teje, adalah putra daerah Airsugihan. Tentu ini bisa memotovasi siswa untuk berkarya lebih baik,’’ ujar Amri yang didampingi ratusan siswa dan para guru antara lain Suwoko S.pd (Waka Kurikulum), Tarwono S.pd (Waka Kesiswaan), Anita Susanti S.pd, Nining Surochminingsih S.pd, Rohani Spd, Fitriyani S.pd, Burhan Muhsanif S.pd, Wawan Marwanto S.pd, Tenaga Tata Usaha (TU) Suratmi Ririn Maskuriah S, PT, dan Sali, serta tenaga perpustakaan Sriwati
Kunjungan ini langsung disambut Triyono Junaidi, Direktur sekaligus General Manager (GM) Sumeks Mingguan, didampingi Antoni Emelson (Manajer Iklan), Ahmad Arpan (manajer Pemasaran), Kemas A Rivai (Koordinator Liputan) dan Budiman (Fotografer). Bagi para guru dan siswa, mereka tidak asing lagi dengan Teje, karena bos Sumeks Mingguan ini merupakan putra daerah Airsugihan.  Pernah sekolah dan pernah mengajar sebagai guru SD pada era 90-an di SD Panggung Harjo jalur 29.
 ‘’Melihat adik-adik yang mengenakan seragam putih biru, mengingatkan saya pada 30 tahun yang lalu ketika berada di tengah hutan belantara Airsugihan. Aktivitas saya tak lain hanya menyusuri sungai dan masuk hutan keluar hutan. Tapi semangat saya untyuk menjadi orang pintar selalu tertanam dalam diri saya setiap saat. Dan yang paling tidak bisa saya tinggalkan adalah membaca, meski saat itu hanya Koran bekas bungkus cabe. Saya baca dengan seksama, lalu saya bayangkan bagaiamana membuatnya. Inilah yang memotivasi saya untuk menjadi penulis. Akhirnya setelah masuk bangku Sekolah Pendidikan Guru (SPG) saya sudah bisa mendapatkan honor dari tulisan,’’ tutur Teje di depan para pelajar yang saat itu ingin mendengar langsung pengalamannya. Teje tidak hanya seorang wartawan biasa, tetapi juga perintis berdirinya Sumatera Ekspres dari lintas generasi, yaitu generasi Sumatera Ekspres manajemen Surya Persindo Group (penerbit Media Indonesia) dan Sumatera Ekspres manajemen Jawa Pos Group.
  Pertemuan yang cukup akrab ini dikatakan Mas teje, seperti sebuah acara reunian. Sebab Teje 30 tahun lalu pernah menjadi siswa yang tinggal dipedalaman Airsugihan. Jauh dari keramaian kota, jauh dari informasi berita, baik media cetak maupun elektronik. Praktis saat itu lebih pas disebut Tarzan, karena aktivitasnya masuk hutan keluar hutan dan menyusuri sungai. Itulah aktivitas Mas teje. Namun satu hal yang tidak pernah ditinggalkan mas Teje, yaitu membaca. Apa saja dibaca, terutama Koran dan majalah. Dari pengalaman membaca itulah menjadikan guru terbaik bagi Teje.
Dari situlah muncul keinginan untuk menjadi seorang penulis. Karya pertama yang ditulis Mas teje di surat kabar nasional Suara karya adalah soal Airsugihan yang dirundung kelaparan karena kegagalan petani mengelola lahan (1990). Karya tulis itu pada tahun 1990 dihargai Rp 7000 (tujuh ribu rupiah) setara 700.000 (tujuh ratus ribu sekarang). Karya pertama inilah yang pada akhirnya mendorong Mas Teje aktif menulis sejak dibangku Sekolah Pendidikan Guru (SPG) setara SMA. Begitu tamat, Mas teje mendaftarkan diri menjadi wartawan sambil kuliah di IAIN Raden Fatah Palembang.  

Tidak ada komentar: