16 Juli 2011

Ajaib, Penderita Lumpuh Total Melahirkan Tanpa Bantuan Medis





Terjadi di Airsugihan Jalur 23 Blok A, Desa Tepung Sari

Luar biasa! Seorang penderita lumpuh total, Sri Wahyuni (32), warga desa Tepung Sari Jalur 23 Blok A, Kecamatan Airsugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), melahirkan bayi tanpa pertolongan medis. Sri yang selama sepuluh tahun tergolek lemas karena digerogoti penyakit lumpuh syaraf besarnya itu, membuat para medis yang bertugas di Jalur 25 hampir tak percaya. Lantaran si penderita lumpuh total itu melahirkan secara normal. Bayi yang dilahirkannya itu pun sehat dengan berat 2,8 kg dan panjang 50 cm.

------------------------------------------

T Junaidi, Airsugihan

------------------------------------------

Beberapa warga desa Tepung Sari tahu Sri menderita lumpuh total sejak lama. Kira-kira sudah sepuluh tahunan. Sri selama ini hanya bisa berbaring lemas di tempat tidur atau di kursi roda. Untuk makan dan minum saja harus disuapi suaminya, Subagiyo (37). Begitu juga bila mau buang air besar atau mandi, Sri tak mampu menggerakkan seluruh tubuhnya sama sekali. Lumpuh yang diderita Sri menurut Subagiyo tak bisa disembuhkan lagi.’’Dokter sepertinya memberikan sinyal bahwa membawa Sri ke rumah sakit hanya sia-sia dan buang biaya. Sri kata dokter mengidap lumpuh syaraf besarnya,’’ kata Subagiyo yang telah membawanya berobat ke sejumlah rumah sakit besar di kota Palembang.

Kelumpuhan total yang diakibatkan karena meningitis, yaitu infeksi pada selaput pembungkus otak (mening) dan sumsum tulang belakang ini, membuat sekujur tubuh Sri layu dan hanya terlihat tonjolan tulang-tulang ditubuhnya. Terjadinya kelumpuhan setelah Sri melahirkan anak keduanya, Oki Nurosadin (10), atau sepuluh tahun yang lalu. Sejak saat itu tetangganya tahu Sri tak mampu berbuat apa-apa. Baru pada setahun belakangan, perut Sri membesar bukan karena busung lapar, melainkan mengandung anak ke tiganya.

Melihat kenyataan itu, bidan Susi yang pertama kali menanganinya sempat terbengong karena usia kandungan Sri sudah berjalan 5 bulan. Selanjutnya Sri tidak diperiksakan lagi ke petugas medis lantaran banyak kendala yang harus dihadapi, mulai dari faktor ekonomi maupun transportasi menuju jalur 25. Seperti diakui bidan Susi saat ditemui Sumeks Minggu di kediamannya jalur 25 Blok B. Kasus Sri tidak bisa dianggap remeh, karena Sri dalam keadaan lumpuh total. Untuk itulah Sri menganjurkan agar Subagiyo (suami Sri) untuk siap-siap ke Palembang bila kandungan Sri sudah cukup umur untuk melahirkan.

’’Kalau saya harus ke Palembang lagi, menurut saya sangat berat. Sudahlah saya yakin saja kepada yang Maha Kuasa. Saya maunya dia melahirkan di puskesmas atau di rumah saja,’’ ujar Subagiyo.

Menyadari kasus Sri ini sangat langka, petugas medis pun kebingungan. Sebab ini tidak mungkin ditangani perorangan, karena risikonya terlalu besar. Kasus Sri harus ditangani lembaga (Puskesmas). Itu sebabnya selama Sri mengandung tidak ada petugas pun yang datang memeriksa Sri. Subagyo baru memanggil petugas Puskesmas setelah tahu Sri mau melahirkan. Tapi menurut Subagyo, petugas Puskesmas tidak ada. Lalu Subagyo memanggil petugas medis yang biasa menangani orang melahirkan, yaitu Subroto. Namun Subroto saat itu sedang sibuk ngurusi acara hajatan di rumahnya. Lalu Subagyo pulang dengan pikiran bingung. Tak hanya itu, para tetangga yang tahu Sri akan melahirkan, tak mampu berbuat banyak. Semua menyadari kekurangan fisik yang dialami Sri. Detik-detik paling menegangkan itu ternyata datang sebuah keajaiban, si lumpuh total itupun terus berjuang untuk melahirkan bayinya.

Tepat pada pukul 06.30 WIB, suara tangis bayi yang terdengar melengking itu, akhirnya mampu mengoyak keheningan di dalam rumah berdinding papan dan berlantai tanah. Semua wargapun sontak menjerit dan menangis haru. Sri telah melahirkan bayi secara normal tanpa pertolongan medis. Sri seperti ingin menunjukkan kepada para medis yang semuanya ragu menangani dirinya. Dari sisi fisik boleh saja diragukan karena memang kenyataannya demikian. Tapi secara keyakinan yang kuat, ternyata mampu meruntuhkan semua keraguan itu.

Tetangga Sri benar-benar merasa gembira mampu menunjukkan itu, tapi kegembiraan para tetangga dan keluarga besar belum sepenuhnya bisa diekspresikan, karena setelah bayi lahir, masih ada masalah yang belum tuntas, yaitu plasenta belum keluar. Sri yang lunglai tak bertenaga itu harus berjuang kembali untuk mengeluarkan plasentanya. Subagiyo kembali menemui petugas medis untuk memberitahukan bahwa bayinya telah lahir, tapi plasenta masih lengket di perut Sri. Sebelum petugas medis sampai ke rumah pasien, Sri pun mampu mengeluarkan plasentanya sendiri. Ini luar biasa!

Pimpinan Puskesmas Jalur 25, Erniwati , SE, mengatakan bahwa Sri memang tidak pernah memeriksakan kandungannya ke Puskesmas. Petugas puskesmas tahunya Sri menderita lumpuh. ’’Tapi kita tidak tahu jenis lumpuhnya lumpuh apa. Mestinya harus dibawa ke rumah sakit Palembang untuk diteliti di laboratorium. Dokter di puskesmas ini kebetulan tidak ada ditempat. Dia lagi ke Palembang,’’ ujar Erni.

Apapun permasalahan medis di desa Tepung Sari, Sri menjadi simbol kekuatan kaum perempuan yang luar biasa perjuangannya. Melahirkan secara sempurna dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Subagiyo pun akhirnya memberi nama si bayi dengan nama Oki Sampurna.

Lumpuh. Begitu banyaknya ragam penyakit dengan gejala yang hampir sama di Airsugihan, dengan tingkatan yang berbeda-beda, memang tidaklah mudah untuk menemukan ’biang keladinya’. Dalam keadaan ’buntu’ (in the dark) karena tidak kunjung menemukan penyebab kelumpuhan ini, bisa saja orang lantas berkomentar ’mungkin saja dia kena santet atau guna-guna’. Namun kabar terakhir yang terdengar kelumpuhan total ini ternyata diakibatkan karena meningitis yaitu infeksi pada selaput pembungkus otak (mening) dan sumsum tulang belakang. Meningitis ini adalah infeksi yang bisa disebabkan karena virus atau bakteri. Penyebarannya adalah melalui telinga,hidung dan tenggorokan dan justru meningitis karena bakteri lebih berbahaya daripada karena virus.

Salah satu akibat dari meningitis yang terlambat ditangani adalah kerusakan pada otak yang berakibat kelumpuhan, kemunduran mental (mental retardation), kejang-kejang, hilangnya indera pendengaran dan sampai pada syaraf yang lain. Seperti kita ketahui kerusakan pada jaringan otak pada umumnya bersifat permanen karena sel otak tidak dapat mengalami regenerasi pemulihan. (*)