08 April 2009

Gara-gara Pasien Berobat Gratis, Dua Petugas Medis Nyaris Berkelahi



Gara-gara Pasien Berobat Gratis

Dua Petugas Medis Nyaris Berkelahi



Gara ‘ngurus’ administrasi rujukan pasien Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) di RSUD Kayuagung, Rabu (8/4/2009) pukul 12.30 WIB, dua petugas medis bertegangan. Salah seorang petugas medis (dokter jaga) di ruang unit gawat darurat (UGD) menolak surat rujukan karena pasiennya tidak dibawa ke RSUD Kayuagung. Sedangkan salah seorang petugas medis dari Palembang, Fitriyanti, yang kebetulan hanya sekedar menolong pasien tersebut, menjelaskan pasien tidak mungkin dibawa ke Kayuagung karena sudah parah. Dokter RS Siti Khadijah menyarankan untuk dirawat sementara di RS tersebut dan memberinya surat keterangan pasien.

Karena si pasien ini adalah orang miskin, keluarga korban disarankan ngurus rujukan ke RSUD Kayuagung sesuai wilayah tempat tinggal Pasien tersebut yaitu Desa Sukamulya Jalur 23, kecamatan Airsugihan, kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Maka semua surat menyurat, termasuk rujukan dari tempat asal pasien (Airsugihan) dirujuk ke RSUD Kayuagung.

Nah, meski sudah dijelaskan bahwa pasien tidak mungkin dibawa ke Kayuagung karena kondisinya parah, surat-surat dari dokter RS Siti Khadijah tersebut dihempaskan di atas meja sembari mengumpat ‘’pusing ngurusi ini!’’ kata petugas medis di depan para keluarga pasien yang saat itu juga sedang ngurus surat rujukan.

Secara spontan Fitriyanti, menasihati petugas tersebut untuk tidak melakukan tindakan tak terpuji di depan para keluarga pasien. Apalagi dengan kata-kata ‘pusing aku!’. Sebagai sesama medis, Fitriyanti merasa kurang nyaman mendengar keluhan petugas tersebut, sehingga terjadilah ‘perang mulut’ diantara keduanya.

‘’Anda siapa !’’ tuding petugas medis RSUD Kayuagung. Lantas dijawab Fitri ‘’Kamu juga siapa? Kami kan ingin minta penjelasan dan prosedur secara benar. Tolong kasih penjelasan kenapa tidak bisa dirujuk? Dan bila pasien dalam keadaan darurat, apa mesti harus dibawa ke RSUD, sementara ada rumah sakit yang lebih dekat?’’ kata Fitriyanti.

Perang mulut ini semakin tegang, bahkan nyaris berkelahi. Tapi petugas RSUD beringsung meninggalkan berkas-berkas di atas meja. Suasana ruang UGD ini benar-benar menjadi ruang debat yang membuat semua keluarga pasien terbengong-bengong. Beberapa perawat yang tadinya duduk-duduk di kursi jaga administrasi UGD juga minggir sehingga ruang tersebut sempat lengang.

Menurut Fitriyanti, dirinya sebenarnya tidak ingin berkeras mengenai hal ini. Hanya ingin bertanya bagaimana prosedur yang sesungguhnya mengenai surat rujukan pasien. Dan bila menghadapi kasus pasien yang seperti ini, apakah rujukan surat tidak mampu masih berlaku atau tidak?

‘’Sekarang mana yang harus didahulukan, nyawa manusia, atau prosedur yang kaku? Kami tahu, kami sadar, semua memang harus melalui prosedur dan aturan. Karena itu memang harus diterapkan. Tapi jangan langsung menghempaskan berkas surat menyurat sambil mengumpat pusing. Bukankah di atas ruang UGD tersebut tertulis besar-besar ‘Kami Siap Melayani Anda Dengan Sepenuh Hati’. Nah untuk apa motto tersebut di temple di atas ruang UGD tersebut bila petugasnya tidak bisa melayani dengan sepenuh hati?

Setelah surat-surat rujukan dari puskesmas Airsugihan dan surat-surat dari RS Siti Khadijah tadi ‘dikaparkan’ di atas meja, Fitriyanti langsung membawa surat-surat tersebut ke bagian bendahara dan bagian administrasi.

Di bagian ini setelah petugas administrasi dijelaskan mengenai kondisi pasien dan surat-surat tindakan dari RS Siti Khadijah, barulah petugas bendahara dan administrasi RSUD Kayuagung memberi kebijakan. ‘’Memang kalau menurut prosedur yang sebenarnya, semuanya serba kaku. Kita mesti melihat kasusnya, sehingga menjadi tidak kaku,’’ ujar salah seorang petugas administrasi RSUD Kayuagung yang tidak mau disebut namanya.

Fitriyanti menuturkan, bahwa dirinya hanya sekedar membantu pasien miskin dari jalur 23 Airsugihan itu. Dia sebenarnya tidak terikat dengan tugas kedinasan karena wilayah kerjanya berbeda. Si Pasien berada di wilayah tugas dan tanggungjawab RSUD Kayuagung, sedangkan Fitriyanti bertugas di wilayah Banyuasin. Hanya rasa kemanusiaan yang mendorong Fitriyanti membantu warga tersebut sampai mengurus sendiri surat-surat rujukan ke RSUD Kayuagung.

‘’Saya tidak punya maksud apa-apa. Karena pasien tersebut kenal dengan saya dan minta tolong pada saya, maka saya secara spontan menolong mereka. Dengan harapan, apa yang saya lakukan akan membantu si pasien untuk memperoleh pelayanan kesehatan secara manusiawi dan terjamin pembiayaannya. Hanya itu. Pasien tidak ada ikatan kekeluargaan dengan saya. Dan saya bahkan tidak mengenal pasien itu. Tapi saya tahu pasien itu adalah warga jalur 23 desa Sukamulya karena pasien diantar Kadesnya sendiri ke rumah sakit. Ingat, saya menolong secara ikhlas tanpa imbalan apa-apa,’’ tandas Fitri.(*)

Tidak ada komentar: