Ratusan Warga Tani Gelar Muslub di Desa Nusantara
AIRSUGIHAN-Sumeks minggu,-
Ratusan warga tani yang
tergabung dalam Forum Petani Nusantara Bersatu (FPNB) desa Nusantara Kecamatan
Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) menggelar musyawarah luar biasa
(Muslub), Selasa (25/8/2015) di pelataran Balai Desa Nusantara. Rapat luar
biasa ini untuk mengukuhkan kepengurusan baru yang dipimpin M Rohim
menggantikan Sukirman.
Sejumlah organisasi yang
hadir dalam acara tersebut antara lain Aliansi Masyarakat Adat (AMA), Sarikat
Hijau Indonesia (SHI) Sumsel, Mahasiswa Hijau Indonesia (MHI), Sumber Daya Alam
Word (DAW) dan Jaringan Masyarakat Gambut (JMG) Sumsel. Pergantian kepengurusan
ini merupakan regenerasi agar petani desa Nusantara tetap kompak. FPNB
merupakan wadah untuk silaturahmi dan berkomunikasi para petani desa Nusantara.
Apapun permasalahan yang menimpa petani bisa dimusyawarahkan secara
bersama-sama. Karena bila petani kuat, ketahanan pangan akan kuat juga. Hal itu
sesuai dengan tema Muslub adalah Sukseskan Desa Nusantara Sebagai Lumbung Padi
di Kabupaten Oki.
Ketua sidang Muslub, Dede
Chaniago, yang menggantikan Usman, mengatakan, petani harus pintar. Petani
harus mampu berorganisasi. Petani bersatu akan kuat, bila petani kuat,
ketahanan pangan akan kuat juga. Presiden saja memperhatikan petani, maka
diterbitkan undang undang untuk melindungi petani. ‘’Petani bersatu tidak bisa
dikalahkan. Presiden bisa dikalahkan oleh petani, apalagi PT Saml,’’ kata Dede.
Ketua Sarikat Hijau
Indonesia (SHI), Sudarto, mengatakan, petani desa Nusantara ini memiliki visi
yang baik. Para pengurusnya muda-muda, menandakan memiliki semangat untuk
membangun ketahanan pangan sebagaimana diprogramkan pemerintah pusat dan
provinsi. Petani merupakan ujung tombak ketahanan pangan nasional.
‘’Petani sekarang
muda-muda dan memiliki visi ke depan. Mereka menyadari lahan gambut yang ada
didesa Nusantara mampu menjadi penopang produksi padi di wilayah OKI. Tetapi
lahan pertanian di desa Nusantara kian menyempit akibat kebijakan pemerintah
daerah yang kurang berpihak kepada rakyat, dalam hal ini petani. Perbandingan
antara luas daerah Air Sugihan dengan areal perkebunan yang hampir sebanding.
Ini artinya areal pertanian tinggal beberapa jengkal saja. Ini sangat miris
bila kebijakan pemerintah tidak berpihak kepada petani. Padahal Pemerintah
Kabupaten telah mencanangkan program cetak sawah. Untuk apa program itu
digulirkan sementara sawah yang sudah jadi malah mau dialihfungsikan?’’ kata
Sudarto.
M Rohim selaku ketua FPNB
terpilih, mengatakan, penggantian kepengurusan ini semata-mata untuk
regenerasi. Para petani butuh wadah dan pengurus untuk saling bertukar pendapat.
Saling memberikan masukan demi tercapainya cita-cita bersama, yaitu
keberhasilan dalam mengelola lahan pertanian dan siap menyongsong Lumbung
Pangan Kabupaten OKI.
‘’Saya berharap pemerintah
kabupaten mendengar suara kami para petani, untuk memberikan kemudahan. Jangan
sampai kebijakan pemerintah daerah justru terbalik, yaitu alih fungsi lahan
pertanian menjadi perkebunan. Para petani di desa Nusantara tentu akan menolak
bila lahannya akan dialihfungsikan menjadi perkebunan,’’ kata M Rohim.
Air Sugihan Pemasok Beras Kabupaten OKI
Desa
Nusantara, adalah titik awal penolakan adanya korporasi perkebunan sawit yang
menguasai lahan pertanian. Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perkebunan
ini, menurut warga desa Nusantara, sudah sangat menyalahi. Sekitar 1.200 hektar lahan gambut basah di desa
ini adalah kantong penyumbang produksi padi terbesar nomor dua di OKI. Lantas
bagaimana jika lahan pertanian ini dialihfungsikan menjadi perkebunan sawit?
Masyarakat Desa Nusantara sekuat tenaga tetap mempertahankan lahan mereka.
“Masyarakat
menolak kehadiran perkebunan sawit. Selain merusak lahan gambut,
menyebabkan pula hilangnya persawahan warga. Kami-kami ini sebagai petani
sudah cukup tenang memiliki lahan garapan. Kenapa harus diusik seperti ini?
Lihat bagaimana dampaknya setelah perkebunan sawit menguasai areal pertanian di
jalur 29 sampai 31. Saat ini lahannya sudah tidak bisa lagi ditanami padi.
Warga jalur 29 sampai 31 saat ini menjadi pekerja tukang ambil padi di jalur
27, 25 dan 23 yang lahannya masih subur belum terpengaruh sawit. Lantas
bagaimana jika semua areal pertanian semua ditanami sawit?’’ ujar sejumlah warga
desa Nusantara, saat dibincangi Sumeks Minggu,di acara Muslub, Selasa lalu.
Produksi
padi dari lahan ini merupakan pemasok kebutuhan beras Sumatera Selatan yang
rata-rata per tahunnya sekitar 7.200 ton. Ini merupakan keberhasilan warga yang
luar biasa. Keberhasilan warga yang mampu keluar dari krisis yang sempat
menampar ‘wajah’ mantan presiden Soeharto selaku pelopor swasembada pangan
nasional. Kini setelah warga berhasil dari kemelut kelaparan dan kematian,
pemerintah justru memiliki kebijakan terbalik, apakah pemerintah ingin
mengembalikan krisis Airsugihan 1991 lagi?
Sejak
2009, ketika Pemerintah Kabupaten OKI dipimpin Ishak Mekki—saat ini menjadi
Wakil Gubernur Sumsel—lahan gambut yang sudah memberikan penghidupan bagi warga
tani, malah ‘digadaikan’ menjadi Hak Guna Usaha (HGU) PT. Selatan Agro Makmur Lestari (PT. SAML).
Namun kabarnya Ishak Mekki telah melayangkan surat penghentian aktivitas PT
Saml. Namun oleh pemerintah kabupaten yang baru, PT diijinkan kembali sebelum
Ishak Mekki mencabut surat pembekuannya.
Setelah
mendapatkan surat sakti ijin HGU inilah, perusahaan lantas semena-mena
mengirimkan alat berat beserta aparat keamanan untuk menggusur lahan warga tani
desa Nusantara. Merambah ke desa-desa lain yang menjadi sasaran gurita
perkebunan sawit. ‘’Pada tahun 2012,
Pemerintah Kabupaten OKI melayangkan surat kepada perusahaan yang ditembuskan
ke masyarakat dan Pemerintah Sumatera Selatan, bahwa PT. SAML yang memiliki
luas ijin HGU sekitar 39.000 hektar di Air Sugihan, dilarang melakukan
penggusuran persawahan. Sebelum, adanya kesepakatan dengan masyarakat. Kok ini
malah mendatangkan alat berat. Ya pasti warga tidak setuju,’’ timpal Rasyid.
(*/jon)