5 Desa Tak Miliki Calon
AIRSUGIHAN—Sumeks Minggu
Herman |
Padli |
Dibeberapa
tempat setiap pemilihan kepala desa, selalu diminati para calon yang ingin
mencalonkan diri sebagai kepala desa, tetapi di kecamatan Airsugihan ada 5 desa
yang tidak memiliki calon, sehingga tidak mengikuti pemilihan kepala desa
secara serentak pada tanggal 3-4 Agustus. Berdasarkan Informasi, seharusnya ada
163 desa di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yang mengikuti pemilihan. Tapi
pada saat pemilihan, hanya ada 158 desa yang ikut dalam pilkades tersebut. Mengapa 5 desa tak miliki calon?
Jadi pertanyaan besar
5 desa tak ada yang berminat jadi kepala desa. Hasil rapat persiapan pilkades
serentak di ruang rapat Bende Seguguk I Setda OKI, Senin (27/7) yang lalu, yang
dipimpin langsung Sekretaris Daerah Kabupaten OKI, H. Husin, S. Pd MM
diputuskan pada pelaksanaannya hanya 158 desa yang ikut dalam gelaran pilkades
tersebut.
Marsidi |
Tamuji |
Menurut sumber Sumeks Minggu
di kecamatan Airsugihan, 5 desa yang tak miliki calon itu punya masalah yang
berbeda-beda. Ada yang memang tidak ada yang berminat menjadi kepala desa, ada
yang puntya calon tapi gugur semua, ada calon tapi tidak ada lawannya, ada juga
calon yang tidak memenuhi persyaratan sebagai calon kepala desa. Ke lima desa
yang tidak ikut perhelatan pilkades tersebut desa Desa Pangkalan Sakti,
Desa Rantau Karya, Desa Nusakarta, Desa Nusantara dan Desa Margatani.
Sementara 7 desa yang bisa mengikuti pilkades di
kecamatan Airsugihan, antara lain Desa Bukit Batu, yg mengantarkan Asmadi alias Giok terpilih
menggantikan Pejabat Sementara (pjs) Prehanto, Herman terpilih sebagai Kades
Banyu Biru menggantikan pjs Soneta, Fadli Kades Kertamukti menggantikan pjs
Sutarno, Tamuji Kades Srijaya Baru menggantikan Pjs Sriyono. Fajri, Kades Mukti
Jaya menggantikan Pjs Widodo, Mukminin, Kades Bandarjaya menggantikan Pjs
Saikun, Marsidi, Kades Jadimulya
menggantikan Pjs Supriyono. Para kades tersebut terpilih melalui pilihan secara
langsung dan kini menunggu pengesahan.
Fajri Sitompul |
Mukminin |
Menurut mantan kepala desa
Nusakarta, Agus, ketidakikutsertaan 5 desa, memiliki masalah yang . ‘’Ada yang memang gak punya modal. Ada yang
memang gak mau, sebab jadi kepala desa itu gak ada duitnya. Gajinya gak ada,
kalau ada kecil. Jadi mungkin itu jadi factor kenapa tidak ada yang berminat.
Kalau ada yang berminat, namun sebagian desa tidak punya lawan calon, ada
beberapa calon gugur karena kurang persyaratan dan lain-lain,’’ ujar Agus.
Asmadi alias Geok |
Sementara di desa Tirtamulya
yang satu wilayah dengan Desa Tepungsari, punya masalah yang berbeda. Menurut
sumber Sumeks Minggu di desa Tirtamulya, Kepala desanya beberapa waktu lalu
justru mau mengundurkan diri menjadi kepala desa. Bahkan mau menemui Bupati
untuk melaporkan pengunduran diri secara bersama-sama dengan perangkat desa.
Mengapa? Alasan kepala desa, cukup berat membimbing masyarakatnya. Sementara
kalau ada urusan surat menyurat masih butuh kepala desa.
‘’Terus terang saja meski saya
dipilih oleh rakyat, tapi rakyat tidak menghargai saya, tidak mengindahkan
aturan yang sudah kita buat. Untuk apa jadi kepala desa? Saya mau menghadap
Bupati, saya dan perangkat desa mau mundur saja,’’ ujar kades Tirtamulya,
Saidi, kepada Sumeks Minggu, setahun
yang lalu, jauh sebelum pilkades digelar.
Menjadi kepala desa seperti tidak menjadi
kepala desa. Masyarakat semaunya sendiri, terutama ketika bersengketa lahan.
Posisi kades sangat dilematis, mau membela warga, tapi lahan itu sudah melalui
proses perijinan ke gubernur dan bupati, tidak membela warga, juga salah. Jadi
posisi kades benar-benar cukup memusingkan bila semua masalah tidak ada titik
temu.
‘’Saya mau mundur, biar mereka yang
pintar-pintar saja yang ngurusi desa. Bagi saya lebih baik jadi orang biasa
saja,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar