Warga Masih Terombang-ambing
Sebanyak
3 warga desa Nusantara yang dijadikan tersangka pengancaman karyawan PT Saml,
Rosyid (48), Suwarno (55), Agus Riyanto (63). sudah tiga kali disidang. Ada
perkembangan baru mengenai tersangka, yaitu titik temu permasalahan terdakwa kepada PT, lalu
ditanggapi PT secara positif dan menunggu musyawarah dari kedua belah pihak.
Dan pihak PT bersedia mencabut perkara bila ada perdamaian. Bila tidak ada
perdamaian, terdakwa boleh melanjutkan sidang ke mana saja atau sampai ke
Mahkamah Agung, dengan syarat harus melengkapi berkas-berkas secara hukum, antara
lain surat-surat tanah dan bukti-bukti yang syah dan meyakinkan untuk melanjutkannya.
![]() |
Warga desa Nusantara saat dimediasi di Kabupaten OKI |
‘’Habis dari
sidang Kamis lalu itu, pihak PT menyarankan dilakukan perdamaian. Bila mereka
mau damai, maka PT akan mencabut perkaranya dan akan memberikan pekerjaan bagi
mereka dan warga serta memberikan tali asih. Ini yang saya tidak tahu. Damai
itu damainya tersangka secara pribadi atau atas nama warga? Kalau atas nama
warga, saya gak berani, soalnya ini tidak mudah meyakinkan warga mengenai hal
ini. Biarlah saya serahkan warga saja,’’ tutur Hartoyo.
Disinggung
mengenai surat-surat, Hartoyo angkat tangan. Kalau ditanya surat-surat, petani
tidak punya surat. Petani desa Nusantara ini paling awal menolak adanya PT
sebelum desa-desa lain terkena imbasnya. Mengapa? Menurut Hartoyo, sebelum
adanya PT, warga sudah membersihkan lahan tersebut dari semak belukar.
Menyingkirkan balok yang malang melintang tempat bersarangnya hama tikus.
Setelah bersih mau diambil PT, ya jelas warga tidak terima.
‘’Padahal pada persiapan pembentukan
panitia perayaan 17 agustus nanti, saya sudah mempersiapkan untuk menyampaikan
hasil pembicaraan saya dengan PT mengenai 1 hektar satu KK. Kita akan adakan
pesta besar dengan mengundang penyanyi dari Palembang sebagai wujud rasa syukur
dan perdamaian. Gak apa kita undang penyanyi, mengenai dana bisa kita carikan
kemana saja,’’ ujar Hartoyo.
Tapi
karena tidak sesuai rencana, lanjut Hartoyo, pihaknya harus menyerahkan kembali
kepada warga. ‘’Saya cuma terdiam. Hasil pembicaraan sudah saya sampaikan ke
warga. Saya turun langsung dari rumah ke rumah, memang ada yang menolak, ada
yang menerima. Tapi hampir 80 persen semua menerima solusi 1 hektar satu KK.
Tapi karena semua rencana berubah, saya gak bisa apa-apa lagi, ya saya
kembalikan ke warga,’’ jelas Hartoyo. (*/je)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar