16 November 2008

Buaya Pemangsa Manusia

Setahun, 9 orang Dimangsa Buaya


Inilah Buaya Sumatera Pemangsa manusia

BANYUASIN - Peristiwa tewasnya Sudirman (23), warga Desa Sri Menanti, Kecamatan Tanjung Lago yang dimangsa buaya, ternyata bukan kali pertama terjadi di Kabupaten Banyuasin. Sepanjang 2008 ini, reptil raksasa yang bisa mencapai panjang tujuh meter ini sudah memakan sembilan korban, delapan orang di antaranya tewas mengenaskan. Bahkan, tujuh korban hingga kini belum ditemukan.

Salah satu korban yang selamat dari keganasan buaya di aliran Sungai Lalan, Kecamatan Pulau Rimau, Juma’in (17), warga Desa Sri Menanti. Juma’in selamat lantaran buaya yang menerkam dirinya berlari ke darat. Oleh teman-teman dan orangtuanya, kepala buaya tersebut langsung dipukul dan akhirnya buaya tersebut melepaskan Juma’in dan kembali masuk ke dalam sungai.

“Kejadian itu sekitar lima bulan yang lalu, dan sekarang Juma’in menderita cacat seumur hidup,” terang Darwin, salah seorang rekan Juma’in saat ditemui wartawan koran ini di rumah Almarhum Sudirman, kemarin (15/11).
Tidak hanya itu, hewan ternak peliharaan warga juga banyak yang hilang. “Kalau dari pengakuan warga, ternak ayam dan itik banyak yang hilang. Malah ada anjing dan kera hutan juga menjadi buruan buaya-buaya tersebut,“ bebe
r Darwin.Sudirman, nelayan yang dimangsa Buaya Muara di sungai Alan Pulau Rimau

Informasi yang dikumpulkan koran ini, buaya-buaya tersebut sering muncul secara tiba-tiba, baik saat air surut maupun pasang. “Saat kejadian yang menimpa Sudirman, saya dan beberapa teman lainnya ada di sana. Tapi kami tidak melihat kedatangan buaya. Secara tiba-tiba buaya tersebut muncul dan menerkam Sudirman. Kondisi ini juga sama dengan kejadian yang menimpa beberapa korban lainnya,“ tuturnya.
Rumah Sudirman

Memang, menurut Darwin, aliran Sungai Lalan sangat luas. Bahkan muara Sungai Lalan bisa tembus hingga ke Sungai Sembilang dan Selat Bangka. “Jadi, kalau buayanya banyak dan besar-besar sangat wajar,“ ujarnya.

Bahkan, ungkap Darwin, ada salah satu warga yang tinggal di muara Sungai Lalan bernama Ansori (37), pernah lari tunggang langgang seraya menjerit minta tolong, karena melihat reptil raksasa itu berada tak jauh dari tempatnya menambatkan perahu. Beruntung, ia tidak menjadi korban keganasan buaya tersebut.


Dengan berbagai kejadian tersebut, menambah ketakutan warga untuk mencari nafkah, seperti menangkap ikan dan sebagainya. Sekarang warga di Kecamatan Tanjung Lago mulai takut beraktivitas di sungai. Bahkan, untuk bertandang ke tetangga pun mereka rela melintasi jalan darat yang berlumpur dan penuh semak belukar.


“Kami minta pemerintah dapat membunuh buaya-buaya tersebut. Karena jumlahnya semakin banyak dan membahayakan. Sedangkan aktivitas kami sangat berhubungan dengan sungai,“ terang Darwin.


Bupati Banyuasin Ir H Amiruddin Inoed melalui Sekda Ir Parigan menjelaskan, pihaknya akan segera membentuk kembali tim penanggulangan buaya. “Kami akan segera rapat untuk mengaktifkan kembali tim tersebut. Masalah ini harus segera kita sikapi mengingat banyaknya korban akibat keganasan buaya tersebut,“ jelasnya.


Bagi korban sendiri, lanjut Parigan, Pemkab Banyuasin akan memberikan bantuan. “Kita akan koordinasi dengan camat, agar korban yang meninggal mendapat bantuan, dan keluarga yang ditinggal kami mohon untuk tetap tabah,“ tambahnya.




BKSDA Tunggu Pemkab

Sementara itu, Balai Kelestarian Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel melalui Plt Kabag Tata Usaha, Ir Suardi, saat dikonfirmasi mengaku sampai saat ini belum akan melakukan tindakan apapun terkait tewasnya warga di Kecamatan Tanjung Lago oleh buaya. Termasuk upaya untuk melokalisir kawasan perairan yang selama ini disinyalir menjadi sarang dari buaya pemangsa yang jumlah spesiesnya diperkirakan mencapai ratusan ekor.


Menurut Suardi, sebelumnya--saat kejadian mengganasnya buaya Muara di Desa Mukut beberapa bulan lalu--pihaknya telah melakukan sejumlah tindakan preventif. Di antaranya dengan mencari lokasi sarang buaya tersebut yang melibatkan sejumlah instansi terkait.


“Kalau soal upaya, telah kita lakukan bekerja sama dengan pihak Pemkab Banyuasin. Tapi harus diakui untuk melanjutkan upaya preventif itu, BKSDA sama sekali tak punya dana. Namun, hasil dari penelitian yang kita laksanakan seluruhnya telah disampaikan kepada Pemkab Banyuasin,” jelas dia.

Perlu diketahui, pada Kamis (13/11) sekitar pukul 22.00 WIB, tubuh Sudirman (23), warga Desa Sri Menanti, Kecamatan Tanjung Lago, ditemukan di Sungai Lalan, Kecamatan Pulau Rimau dalam kondisi tak utuh. Bagian pinggang ke atas hilang dimangsa buaya. Demikian juga kaki sebelah kiri. Yang ada hanya kaki sebelah kanan dan paha kiri hingga terputus sampai lutut.

Bagian tubuh korban ditemukan oleh keluarganya tak jauh dari lokasi kejadian, setelah sebelumnya keluarga korban dibantu petugas Polsek Pulau Rimau di bawah pimpinan Kapolsek AKP Mustakim menyisir Sungai Lalan.


Kapolsek Pulau Rimau AKP Mustakim menjelaskan, kejadian yang menyebabkan tewasnya warga Kecamatan Tanjung Lago tersebut terjadi pada Rabu (12/11) sekitar pukul 10.00 WIB. Saat itu korban bersama rekannya Bambang, Darwin dan David tengah menambatkan perahunya di Sungai Lalan, Kecamatan Pulau Rimau. Secara tiba-tiba muncul seekor buaya sepanjang tujuh meter langsung menerkam korban dan membawanya ke dalam sungai.(32/22)


Tidak ada komentar: